Tempat Makan Ramai, UGH jadi Solusi?
3 min read
Pandemi yang mengubah kebiasaan masyarakat membuat berbagai jenis usaha gulung tikar. Salah satu yang ikut terdampak adalah kantin di Universitas Katolik Parahyangan. Semenjak masa pandemi, kantin-kantin mulai kehilangan pelanggan utamanya, yaitu mahasiswa Unpar. Kini, pandemi mulai mereda dan kegiatan pembelajaran daring perlahan juga diberlakukan kembali Namun, yang menjadi pertanyaan utamanya adalah mengapa kantin masih saja tutup?
Jika diperhatikan, tempat makan di luar Unpar sudah buka, sedangkan kantin terpantau masih tutup. Kemungkinan ini yang menjadi alasan mengapa tempat makan di luar Unpar menjadi terlalu ramai saat memasuki jam makan siang.
Salah satu tempat yang ramai adalah sebuah ‘pujasera’ bernama OBC. Pujasera yang terletak di Jalan Rancabentang tersebut merupakan satu dari beberapa tempat yang menjadi pilihan para mahasiswa Unpar untuk makan siang. Pujasera ini menjual berbagai jenis makanan berat dan minuman yang layak dikonsumsi oleh sivitas Unpar dan warga sekitar. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila OBC menjadi opsi kantin alternatif yang seringkali ramai antrian meja dan kursi.
Akan tetapi, alasan mengapa kantin tutup seakan terjawab oleh kehadiran Unpar Guest House (UGH) yang kini beroperasi di gedung PPAG 2 lantai satu, yang mana UGH lebih mudah diakses daripada Pujasera OBC. UGH sendiri sudah beroperasi sejak semester ganjil 2022 yang lalu. Tempat ini terpantau menjual berbagai jenis makanan dan minuman.
Meskipun UGH sudah beroperasi, tempat makan yang berada di sekitaran Unpar sering terlihat dipenuhi oleh mahasiswa ketika jam makan siang tiba. Lantas, apakah kini UGH secara tidak langsung menjadi solusi alternatif yang ditawarkan oleh pihak kampus?
Hadirnya UGH tampaknya menjadi solusi atas ketiadaan kantin dan ramainya tempat makan. Namun nyatanya, semua itu hanyalah sebatas kesan saja. Keadaan tempat makan sekitar Unpar masih saja ramai. Lebih parahnya lagi, antrian UGH sendiri pada jam makan siang malah ikut ramai juga. Jadi, sebenarnya, masih perlukah kantin untuk dibuka kembali?
Mau sebanyak apapun tempat makan yang buka, masalah keramaian akan terus menghantui tempat makan. Jadi mau kantin dibuka pun pasti tempat makan di sekitaran Unpar masih akan terus ramai. Dengan kata lain hadirnya UGH atau kantin yang kembali buka bukan menjadi solusi yang tepat dalam mengurangi keramaian tempat-tempat makan yang berada di sekitaran Unpar.
Bagaimana dengan pendapat mahasiswa?
“UGH dengan konsep yang sekarang tidak bisa jadi pengganti karena bukan kantin yang bisa makan dan duduk. Lebih mirip minimarket.” Ujar Buddhi salah satu mahasiswa HI.
Banyak mahasiswa Unpar yang merasa bahwa tutupnya kantin menjadikan tempat makan di sekitar Unpar menjadi ramai. Namun, ada juga mahasiswa yang tidak mengetahui bahwa di Unpar ini tersedia kantin.
Lalu bagaimana dengan hadirnya UGH?
Berbagai tanggapan tentang UGH hadir dari mahasiswa. Seperti Fauzan mahasiswa Hubungan Internasional yang berpendapat bahwa UGH bisa saja menjadi pengganti, namun opsi yang ditawarkan tidak banyak dan tempat duduk untuk makan tidak ada. Bisa dikatakan bahwa solusi yang ditawarkan UGH menurut Fauzan masih kurang membantu untuk permasalahan ramainya tempat makan di sekitar Unpar.
Selanjutnya ada tanggapan dari Rizky mahasiswa Hukum yang berpendapat bahwa UGH cukup jadi solusi, namun kurangnya kasir menjadi kendala antrean panjang dari UGH sendiri.
Ada lagi tanggapan dari Oliver mahasiswa Hukum 20 yang berpendapat bahwa UGH menjadi solusi bagi mahasiswa yang butuh makanan dalam waktu singkat. Namun, belum tentu menjadi solusi bagi tempat makan di sekitar Unpar yang ramai karena jumlah mahasiswa yang banyak.
Terakhir, tanggapan lain dari Buddhi, ia mengatakan bahwa UGH dengan konsep yang sekarang belum bisa menjadi solusi pengganti kantin karena ketiadaan tempat untuk membeli makanan, UGH justru lebih mirip minimarket daripada kantin.
Lantas, apakah benar UGH dapat menjadi solusi bagi keramaian kantin?
Penulis: Jasson Sudrajat dan David Sianturi
Editor: Vania Orvala